Bagaimana Saat Perempuan Dilanda Kecewa?

Saat Perempuan Dilanda Kecewa
Saat Perempuan Dilanda Kecewa

Setiap orang tentu pernah merasakan kekecewaan. Namun, perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi hal ini sangatlah siginifikan. Laki-laki menghadapi kekecewaan dengan cara yang “maskulin”, yakni memberontak dan menyakiti. Lalu bagaimana saat perempuan dilanda kecewa? Perempuan menghadapi kekecewaan dengan cara yang “feminin”, yakni menangis dan merasa tersakiti.

Bagaimana Saat Perempuan Dilanda Kecewa?

Jika kekecewaan terjadi pada perempuan terhadap pasangannya maka hal ini perlu dipikirkan lebih lanjut lagi agar kedua belah pihak bisa saling memahami apa yang terjadi, serta kenapa hal itu bisa terjadi, dan bagaimana menghadapinya secara baik-baik sehingga terjadi kesepahaman yang pada akhirnya bisa diterima satu sama lain.

Misalnya saja, seorang isteri yang memiliki suami yang tidak bekerja bisa menumpahkan kekesalannya pada dirinya sendiri atau kepada si anak. Sementara itu, laki-laki yang merasa tidak berguna karena tidak bekerja dan memperoleh nafkah untuk keluarganya cenderung akan mencari pelarian kepada hal lain di luar keluarganya. Itulah sedikit dari cara saat perempuan dilanda kecewa.

Oleh karena itu, mungkin kita juga sering melihat kaum laki-laki yang belum mapan akan lebih suka berkumpul dengan teman-temannya yang masih lajang atau bahkan mencari perempuan lain untuk dijadikan teman bicara.

Hal ini terjadi bukan karena si laki-laki sengaja melakukan kesalahan tersebut untuk menyakiti, melainkan hal itu terjadi karena si laki-laki merasa tidak berdaya di hadapan sang isteri sehingga yang terjadi adalah “pelarian”.

Sementara itu, si perempuan atau sang isteri akan lebih merasa kecewa jika sang suami justru melakukan hal itu sehingga ia akan lebih mudah marah dan tidak menghargai hal kecil yang sudah diusahakan oleh suaminya.
Konflik pun memuncak karena keduanya tidak memahami apa yang sedang terjadi. Di satu sisi, pihak isteri merasa tidak dihargai dan disakiti oleh pasangannya. Sementara di pihak suami, ia merasa dirinya tidak mampu melakukan apa pun dan menyakiti sang isteri agar tidak terlihat “tak berdaya”.

Pikiran yang salah ini sebenarnya bisa dnegan mudah diatasi apabila sang isteri maupun suami mau membuka diri untuk saling memaafkan, saling memahami, dan saling berkomunikasi sehingga apapun yang terjadi dalam suatu hubungan bisa dibicarakan dengan baik-baik. Dengan begitu, sang isteri akan memahami apa yang dirasakan oleh suami, begitu juga sebaliknya suami akan mengetahui apa yang dirasakan dan dikehendaki oleh sang isteri.

Itulah bagaimana saat perempuan dilanda kecewa.