Kisah Seorang Ibu: Harusnya Anak Sebagai Nomor Satu

Anak Sebagai Nomor Satu
Anak Sebagai Nomor Satu

Seorang ibu rumah tangga yang sibuk sekalipun, sudah selayaknya menjadikan keluarga terutama anak sebagai nomor satu. Selain anak adalah amanah dan titipan yang diberikan Tuhan untuk dijaga, ibu merupakan peran paling penting dalam perkembangangan karakter serta tumbuh kembangnya.

Kisah Seorang Ibu: Harusnya Anak Sebagai Nomor Satu

Pernah seorang  ibu berbelanja ke sebuah mall ternama membawa anak dan pembantunya. Ia menjinjing tas tangan yang besar dan tampak kesulitan membawanya. Sementara anaknya yang sudah berjalan dipegang oleh pembantu yang berada tak jauh di belakang. Tanpa sengaja sang ibu bertemu teman lama, lalu menebar rindu.

Karena terasa lama diam di satu tempat, anaknya pun mulai rewel. Maka sang ibu dengan bijak menyuruh pembantunya untuk berjalan-jalan menenangkan anaknya, sementara ia melanjutkan ngobrol bersama temannya.

Sedikit mengobrol tentang bisnis, mereka akhirnya memutuskan makan bareng di mall tersebut. Lalu temannya pun bertanya, “Itu anakmu dibawa ke mana?”. “Nanti aja kuhubungi. Gampang ada hp. Suka rewel dia kalo diam di satu tempat. Nanti bikin gak enak ngobrol”, jawab sang ibu terkekeh.

Sambil berjalan, melihat si ibu yang tampak keberatan menenteng tas, ditanya lagi oleh temannya, “Tasmu kenapa gak dititipin ke pembantu aja sih? kayaknya berat?”. Si ibu langsung menggeleng dan menjawab, “Aduuhh. Gak deh. Jaman sekarang susah percaya orang, apalagi yang gak bener-bener kenal. Ini tas isinya barang penting semua. Dari mulai laptop, agenda kerjaan, sampe duit. Gawat aja kalo jatuh, apalagi hilang”.

Sementara tas dibawa olehnya, anaknya malah di bawa oleh pembantunya. Bukannya anak sebagai nomor satu yang dibawa bersama, bukan tas? Apakah harga dalam tas lebih berharga dari seorang anak>

Fenomena Masa Kini

Cerita di atas merupakan bentuk kecil fenomena masa kini yang banyak terjadi. Sejak zaman dulu, pandangan mengenai seorang ibu yang baik adalah ibu yang bisa mengagumkan keluarga dan orang di sekitarnya karena berhasil mengurus dan mendidik anak-anaknya dengan baik.

Pada kenyataannya, hal yang terjadi saat ini berbanding terbalik dan sangat berbeda dengan masa lalu. Banyak ibu tak segan membiarkan anaknya diurus orang lain karena berbagai alasan, terutama akibat tidak dapat mengantisipasi kesibukan.

Buruknya lagi, banyak juga yang dengan mudah memberi kepercayaan pada orang lain untuk mengurus buah hatinya. Bahkan, mereka lebih ketakutan kehilangan materi dibanding kehilangan buah hatinya.

Padahal, untuk apa materi yang ibu kumpulkan jika ternyata tidak dapat mencukupi kebutuhan paling utama yang dibutuhkan anak. Bagaimana jika anak yang jatuh, apalagi hilang ketika diurus orng lain. Apa ibu masih menganggap laptop, dompet, dan pekerjaan sebegitu pentingnya andai hal itu terjadi?

Oleh karena itu, bagi semua ibu dimana pun, meskipun sibuk, sekalipun kadang merasa hidup tak seberapa adil, jangan jadikan anak sebagai korban. Tapi jadikan anak sebagai nomor satu. Dengan mengurus, memperhatikan, dan selalu ada untuk mereka.