
Berdasarkan survey yang pernah dilakukan, overposesif dalam rumah tangga merupakan salah satu pemicu terbesar keretakan hubungan anggota keluarga. Benar lho Bunda, karena overposesif memang sebuah perasaan yang muncul dari rasa kepemilikan yang besar. Hanya saja, perasaan tersebut tidak dapat dikontrol dengan baik oleh yang memilikinya, sehingga menimbulkan kesalahpahaman dan hambatan dalam hubungan keluarga.
OverPosesif dalam Rumah Tangga? No Way!
Ada kalanya overposesif dalam rumah tangga membawa masalah pada hubungan. Dibawah ini ada dampak dari sikap tersebut.
Overposesif Suami-Istri
Suami atau istri yang memiliki sikap posesif pada dasarnya masih bisa diwajarkan. Karena mereka akan menyatakan kepemilikan secara alami untuk menunjukkan ikatan atau rasa takut kehilangan. Bahayanya jika kepemilikan tersebut berubah menjadi overposesif, yaitu diiringi ketakutan-ketakutan yang besar dan juga pengungkapan cinta serta ketergantungan yang berlebihan.
Sebenarnya sikap overposesif ini bisa dipahami dengan baik oleh setiap pasangan. Hal yang dibutuhkan hanyalah pengertian dan pemahaman. Karena overposesif tersebut juga muncul akibat dampak psikologis yang membuat seseorang menjadi berlebihan dalam memandang sesuatu, terutama hubungan yang dilandasi keterikatan dan kepemilikan.
Dampak Overposesif
Overposesif dalam rumah tangga akan menimbulkan permasalahan awal berupa letupan kecil, yang lama-lama berubah serius, bahkan hingga menorehkan trauma pada kedua pasangan tersebut apabila taksegera diatasi.
Overposesif dapat menimbulkan hambatan dengan membatasi gerak pasangan. Hal ini juga mengakibatkan munculnya perasaan terkekang dan terpenjara. Jika perasaan itu muncul, yang tersisa hanyalah kesalahpahaman dan justru perasaan tidak dimengerti. Lebih jauh, hal ini bisa menciptakan kebohongan dan prilaku tidak terbuka. Pemberlakuan hubungan sebab akibat dari overposesif yang muncul pun akan terjadi, dan nantinya akan merugikan kedua pasangan.
Contoh Nyata
Sebagai contoh nyata adalah hubungan suami istri seperti berikut ini. Seorang perempuan memiliki pengalaman pahit ditinggalkan ayahnya semenjak masih kecil. Setelah menikah, ia pun tidak ingin suaminya pergi hingga merasakan kehilangan lagi.
Istri yang takut ditinggal suaminya secara berlebihan cenderung menghalangi setiap kegiatan yang akan dilakukan suami. Karena melalui pikiran istri yang overposesif tersebut, interaksi di luar memungkinkan terjadinya hubungan dengan orang lain yang akan membuat sang suami “melupakannya”, hingga “meninggalkannya”. Sekalipun pada kenyataannya tidak demikian.
Sehingga sang istri akan menanggapi setiap hal terbuka dari suami sebagai bentuk salah tanggap. Dampaknya pada suami yang diperlakukan secara overposesif, akan membuatnya tidak memahami istri. Ia akan mengambil langkah terbaik dengan menjadi tidak terbuka serta cenderung berbohong setiap kali akan melakukan suatu kegiatan, agar tidak dilarang oleh istrinya.
Nah, sampai di sini paham kan bagaimana perasaan sang istri kelak akibat sikap overposesif dalam rumah tangga? Bukan hanya merugikan salah satu pasangan, tapi juga akan berbalik merugikan pasangan yangmelakukannya. Lebih parahnya mental psikologis pernikahan pun bisa goyah. Oleh karena itu, pahami sikap overposesif dengan baik,dan katakan No Way! Untuk sikap seperti ini.
Baca juga: Lebih Sayang Mertua dengan Memahami Hal Ini