Ada Apa dengan Hari Perempuan Sedunia?

hari perempuan sedunia

Pertanyaan itu mungkin terlintas di pikiran Anda, Mak. Sama seperti halnya saya ketika memikirkan kenapa harus ada hari perempuan sedunia? Lalu apa bedanya dengan hari Ibu setiap tanggal 22 Desember, dan hari Kartini yang juga kita rayakan setiap tanggal 21 April. Kok ribed amat ya? Tapi semua itu terjawab sudah ketika banyak fakta yang membuat semua perayaan untuk para perempuan ini memang penting untuk dirayakan. Tapi tentunya bukan sekadar perayaan, melainkan sebuah perenungan tentang hakekat di balik semua perayaan itu.

Persamaan Hak dengan Kaum Laki-Laki

Di semua negara persamaan hak dengan kaum laki-laki atau yang lebih dikenal dengan emansipasi ini turut serta mewarnai latar belakang dirayakannya hari perempuan internasional pada tanggal 8 Maret. Diawali dengan berhasilnya seorang perempuan yang bernama Clara Zetkin menjadi pemimpin sebuah kantor perempuan di bawah partai Sosial Demokrat. Ia menggagas sebuah ide untuk dirayakannya sebuah hari untuk menjadi hari perempuan internasional.

Baca: Atasi Rasa Bosan dalam Bekerja dengan 9 trik Ini

Keberhasilan seorang perempuan untuk mendapat suara dalam partai atau posisi berada dalam sebuah delegasi adalah salah satu kesetaraan perempuan dalam politik yang patut dirayakan. Dengan begitu, kaum perempuan bisa menyuarakan berbagai ide dan gagasan demi kemajuan para perempuan. Ini juga bisa menjadi bukti bahwa perempuan layak diperhitungkan untuk dapat memegang peranan penting dalam politik.

Di Indonesia sendiri Ibu Megawati Soekarno Putri sudah menjadi salah satunya. Menjadi orang nomor satu dalam sebuah partai dalam kurun waktu yang cukup lama. Puncaknya beliau terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia pada tahun 2001 hingga 2004. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan kaum perempuan. Walaupun kabar negatif tentangnya tak henti-hentinya ditebar oleh mereka yang antipati terhadapnya ia tetap tidak kehilangan pamornya dalam politik.

Baca: Cara Efektif Memprogram Kehamilan Anak Perempuan

Perjuangan Kaum Perempuan

Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) adalah sebuah organisasi yang berjuang untuk hal kaum wanita di tahun 1950-1960-an. Walaupun seringkali dikait-kaitkan dengan PKI sebetulnya organisasi ini adalah organisasi independen yang berfokus pada kepentingan perempuan yang terkait dengan sosialisme dan feminisme, termasuk di dalamnya reformasi mengenai hukum perkawinanm hak-hak buruh, serta nasionalisme Indonesia. Memperjuangkan adanya kesetaraan hak laki-laki dan perempuan di mata hukum.

Citranya menjadi buruk ketika era Soeharto yang seringkali mengutip mereka sebaga organisasi yang sering melakukan gerakan yang sifatnya amoral serta berbagai gangguan sebelum tahun 1965. Padahal semua itu tidak benar, hingga mereka harus diberantas dengan cara yang justru amoral ketika Soeharto diangkat menjadi presiden yaitu dengan dibunuh dan diperkosa sebagai bagian dari pembersihan anti-komunis berdarah.

Baca: Bagaimana Hebatnya Kesabaran Perempuan?

Selain itu banyak juga pahlawan-pahlawan perempuan yang menjadi tokoh wanita yang berpengaruh besar di negeri ini. Mereka yang berjuang untuk kemerdekaan indonesia, persamaan hak perempuan, bahkan yang menjadi pemimpin dalam dan ikut berjuang dalam pertempuran melawan penjajah. Sebut saja Cut Nyak Dien, Cut Meutia, RA.Kartini, Dewi Sartika, Inggit Garnasih, Christina Martatilhahu, dll.

Bangga Menjadi Perempuan

Terlepas dari semua itu mereka semua adalah perempuan. Wanita yang lembut dan penuh kasih sayang. Dengan kuat dan perkasa melindungi anak-anak mereka, juga menjaga martabat dan harga diri mereka sebagai perempuan. Kepandaian mereka bukan hanya tentang urusan kasur, dapur, dan sumur melainkan lebih dari itu. Bahkan semakin hari semakin banyak kaum perempuan yang bersinar dengan prestasi mereka tidak hanya di Indonesia melainkan di dunia.

Tidak ada yang salah ketika akhirnya para wanita ini harus memilih untuk menjadi pekerja, buruh, Ibu rumah tangga atau bahasa kerennya full time mother and wife, ibu bekerja di rumah, atau berbagai julukan lain yang merupakan berbagai pilihan yang bisa dipilih para perempuan ini. Sekalipun mereka sudah melalui pendidikan mereka hingga jenjang S-1, S-2, bahkan S-3.

Baca: Pentingnya Pendidikan Bagi Ibu Rumah Tangga

Namun tetap, mereka secara kodrati sebagai perempuan. Mereka mengandung, melahirkan, dan mempunyai tugas sebagai ibu yang mendidik, membesarkan, dan memelihara anak-anak mereka. Mereka membutuhkan suami dan anak-anak untuk menjadi seseorang dalam sebuah keluarga. Ketika keadaan memaksa untuk menjadikan mereka sebagai single parent pun mereka siap tidak hanya berperan sebagai Ibu namun sekaligus sebagai ayah yang menopang kehidupan dan masa depan anak-anak mereka agar kelak menjadi manusia yang berhasil. Selamat hari Perempuan sedunia untuk Anda semua, Mak. Saya bangga menjadi salah satu dari semua perempuan itu, Mak. Perempuan seperti Anda, Mak!

Baca juga: Menjadi Super Mom Itu Tak Harus Menjadi Sempurna