Memilih antara vaksin polio oral atau vaksin polio injeksi akan menjadi sangat mudah tapi juga sangat sukar untuk dilakukan. Apalagi ketika kita tidak bisa memilih seperti pada Pekan Imunisasi Nasional kali ini dan tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah masih menggunakan vaksinasi berbentuk oral atau disebut dengan istilah Oral Polio Vaccine yang disingkat OPV. Sementara saingannya yaitu vaksinasi polio injeksi yang dikenal pula dengan istilah Injection Polio Vaccine yang disingkat IPV masih digunakan untuk kalangan terbatas.
Baca juga: Waspadai 3 Tipe Polio yang Mengintai Anda yang Belum Diimunisasi
Rasa Vaksin Polio Oral VS Vaksin Polio Injeksi
Jika berbicara kelebihan vaksin oral tentu anak-anak akan lebih mudah menjawabnya karena salah satu alasannya vaksin oral memiliki rasa yang lebih enak karena manis dan hanya ditetes di mulut saja. Sementara itu untuk vaksin polio injeksi harus disuntikan hingga pastinya akan membuat anak-anak yang divaksinasi merasa sakit karena disuntik untuk memasukan vaksin ke dalam tubuhnya.
Pemerintah diuntungkan dengan hal ini untuk menyukseskan Pekan Imunisasi Nasional yang target utamanya yaitu anak-anak usia 0 hingga 59 bulan. Akan lebih mudah memberikan mereka vaksin oral dibandingkan dengan injeksi pada mereka. Faktanya sebagian besar anak memang takut untuk disuntik. Mereka akan lari atau bahkan menangis ketika akan dilakukan imunisasi suntik ini. Hal ini tentu akan membuat terhambatnya program ini.
Jenis Virus pada Vaksin Polio Oral VS Vaksin Polio Injeksi
Pada vaksin polio oral yang digunakan adalah virus hidup yang dilemahkan sedangkan pada yang injeksi yaitu bagian tertentu dari virus yang sudah mati yang bisa merangsang tubuh menciptakan antibodi sendiri. Jika berbicara lebih baik mana, tentu lebih baik virus yang mati yang ada pada vaksin polio injeksi karena tidak akan membuat terjadinya kemungkinan virus menjangkit lingkungan akibat kotoran bayi yang baru diimunisasi. Apalagi di Indonesia masih banyak wilayah yang belum memiliki sanitasi yang baik hingga sangat mungkin menyebarnya virus dari kotoran bayi yang baru diimunisasi polio secara oral.
Solusinya imunisasi polio dalam bentuk oral diberikan setelah kelahiran si bayi sebanyak 2 tetes selanjutnya diberikan bersama DPTÂ mulai usia 2 hingga 3 bulan dengan jarak 6-8 minggu dari imunisasi polio yang pertama. salah satu manfaatnya yaitu untuk melindungi usus secara spesifik. Selain itu tentu dengan menanamkan kesadaran pada masyarakat untuk mengupayakan sanitasi yang baik dan bersih.
Baca juga: Tips membuat dan merawat kamar mandi
Ketersediaan Vaksin Polio Oral VS Vaksin Polio Injeksi
Ketersediaan vaksin polio oral di Indonesia banyak karena sudah bisa diproduksi secara masal. Sementara untuk vaksin polio injeksi masih terbatas karena harus diimpor hingga jika ada harganyapun cukup mahal. Itulah sebabnya untuk mencapai target pemerintah dalam mempertahankan status Indonesia bebas Polio dari WHO yang didapatkan 27 Maret 2014 silam digunakanlah vaksi polio oral agar bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
Walaupun demikian Indonesia tetap berencana untuk menggunakan vaksin polio injeksi sesuai dengan kebijakan dunia dalam isu pencegahan Polio pada World Health Assembly (WHA) ke-68 di Genewa, Swiss 18-26 Mei 2015 lalu. Kapan hal ini akan terealisasi kita lihat bersama-sama. Semoga segera terealisasi agar dampak dari vaksin polio oral dapat diminimalisir.
Itu dia Mak perbandingan antara vaksin polio oral dengan vaksin polio injeksi. Karena pekan imunisasi yang diadakan sebelumnya telah terbukti membuat Indonesi diberi sertifikat bebas polio maka tidak ada salahnya untuk kita dukung. Harapannya tentu agar Indonesia dapat mempertahankan predikat tersebut untuk anak-anak Indonesia yang sehat. Masih ada waktu untuk ke Pos PIN terdekat, Mak, sampai tanggal 15 Maret 2015.
Baca juga: Fatwa MUI Mendukung Pekan Imunisasi Nasional 2016