Awal tahun 2016 kita kembali dikejutkan dengan mewabahnya lagi kasus demam berdarah. Hampir seluruh propinsi ditanah air, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawewi dan Bali tidak luput dari jangkitan penyakit berbahaya satu ini. Demam berdarah memang seringkali muncul saat perpindahan musim alias pancaroba seperti saat ini. Tercatat di tahun 2014, lebih dari 70rb orang yang terjangkit demam berdarah, 600 orang lebih meninggal dunia di 34 propinsi. Di tahun 2015, mengalami sedikit penurunan meskipun memang belum signifikan.
Wabah Demam Berdarah
Mak, kita memang harus selalu waspada dan menyadari sepenuhnya kalau sekarang kita tinggal di salah satu negara endemis demam berdarah. Ya, Indonesia memang masih tercatat sebagai salah satu negara endemis demam berdarah dan WHO masih menetapkan Indonesia sebagai penyumbang kasus demam berdarah terbesar di Asia Tenggara. Hingga memasuki pekan ketiga di bulan februari ini, setidaknya sudah ada 3 kota yang sudah dinyatakan KLB (Kejadian Luar Biasa) Demam berdarah yaitu Bogor, Jombang dan Jambi.
Demam berdarah memang harus ditangani dengan serius dan dibarengi dengan kesadaran yang tinggi dari seluruh masyarakat akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. Badan Kesehatan Dunia / WHO sudah mengategorikan demam berdarah sebagai salah satu penyakit yang pola penyebarannya semakin pesat dari tahun ke tahun. Angka kejadian dan kasus kematian yang diakibatkan demam berdarah selalu meningkat, terutama saat memasuki pancaroba yang biasanya terjadi di awal tahun. Negara tropis seperti Brazil menduduki peringkat pertama dunia dalam tingginya kasus demam berdarah, dan kemudian disusul Indonesia.
Kaitan Cuaca dengan Wabah Demam Berdarah
Mak, sering denger-denger soal El Nino di televisi kan? Apa sih El Nino itu?
Oke kita mulai dulu dari pengertian El Nino ya sebelum kita lebih jauh bahas soal hubungan antara cuaca dengan demam berdarah yang berubah jadi ancaman wabah.
Secara definisi, el nino itu adalah gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut di samudera pafisik (Sumber : bmkg). Pada kondisi yang normal, permuaan laut di sekitaran indonesia bersuhu hangat, mudah terjadi penguapan dan mudah pula terbentuk awan-awan yang kemudian menurunkan hujan.  Nah, hal yang berkebalikan justru terjadi saat terjadi fenomena El Nino, suhu permukaan laut di Indonesia justru mengalami penurunan dan sulit terbentuk awan. Itulah mengapa kemudian terjadi kemarau berkepanjangan seperti yang kita rasakan di penghujung tahun 2015 lalu yang berakibat banyaknya kebakaran hutan.
Fenomena El Nino yang terjadi di tahun 2015 hingga awal tahun ini juga disebut-sebut sebagai el nino terparah di abad ini. Berbagai musibah dan bencana bergantian kita lihat terjadi di seluruh belahan dunia, seperti banjir, kekeringan, badai dan angin topan. Efek selanjutnya adalah mewabahnya demam berdarah.
Ya, memang ada kaitan yang erat sekali antara perubahan iklim dengan kejadian demam berdarah yang perlu di waspadai. Karena pola seperti ini berulang tiap tahunnya dan selalu terjadi khususnya pada musim pancaroba seperti sekarang ini. Virus Dengue yang ada dalam nyamuk Aedes Aegpty  akan semakin aktif karena peningkatan suhu udara. Oleh karenanya, wabah demam berdarah ini sebenarnya bisa dicegah dengan melakukan kontrol lingkungan dengan baik. Misalnya dengan menjaga kebersihan dan menjauhkan tempat-tempat bersarangnya nyamuk Aedes Aegpty.
Jadi Mak, kombinasi antara fenomena alam el nino serta lingkungan yang tidak bersih dan sehat, bisa jadi kombinasi yang menyeramkan untuk semakin mewabahnya demam berdarah. Jangan dianggap sepele, karena fakta menunjukkan setiap tahunnya ratusan nyawa melayang, dan anak dibawah usia 15 tahun sebagia kelompok usia yang paling rentan terjangkit penyakit ini. Yuk mulai dari sekarang lakukan pencegahan sesuai dengan kemampuan kita, mulai dari lingkungan rumah. Jaga kebersihan dan hindari tempat-tempat genangan merupakan salah satu pencegahan yang bisa dilakukan.