Pernah dengar bahwa homo atau lesbian itu menular? Sebetulnya bukan menular atau tidak yang menjadi masalah, tapi bagaimana para kaum homo dan lesbian itu yang secara terang-terangan menunjukan kehomoan atau kelesbian mereka di depan umum yang bisa jadi membuat seseorang akhirnya menjadi homo atau lesbian juga. Sama seperti halnya ketika Anda melihat bahwa sebuah es krim di pertontonkan dengan iklan yang memikat di Televisi berulang-ulang yang membuat Anda penasaran ingin mencobanya.
Ketika mencoba sebagian orang merasa tidak sesuai selera hingga akhirnya ditinggalkan dan tidak pernah membeli es krim itu lagi sebetapa menggiurkannya iklan tersebut. Sebagian lagi justru malah ketagihan. Ada sebagian lagi yang bahkan justru tidak tergoda sama sekali untuk mencicipi es krim tersebut. Alasannya karena ia meyakini bahwa es krim yang akan ia makan itu tidak baik untuk kesehatannya, dan banyak alasan lainnya yang membuat ia kuat dengan pendiriannya untuk tidak tergoda membeli es krim tersebut.
Anggaplah Es krim yang dijual ini adalah es krim yang tidak lazim. Tidak memiliki manfaat seperti es krim kebanyakan bahkan justru secara jelas dilarang untuk dikonsumsi karena akan mendatangkan banyak bahaya bagi manusia. Bahkan hampir di banyak negara jelas-jelas dilarang untuk dikonsumsi. Ada hukuman yang akan diberikan pada siapa saja yang memakan es krim tersebut, terutama yang secara terang-terangan memperlihatkan dan mengakui bahwa mereka pemakan es krim tersebut.
Itu hanya sebuah analogi yang bisa jadi lebih mudah diterima untuk mejelaskan tentang kaum homo yang merupakan salah satu fenomena LGBT. Sesungguhnya ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab seseorang bisa menjadi homo, berikut diantaranya:
Memiliki Kecenderungan untuk Feminin
Setiap orang secara genetis bisa jadi memiliki kecenderungan untuk menjadi sangat maskulin atau sangat feminin. Ini merupakan warisan dari kedua orang tuanya yang masing-masing membawa gen tersendiri. Bisa jadi kencenderungan ini tidak muncul pada orang tuanya melainkan kakek, atau bahkan buyutnya. Ketika kecenderungan feminim ini terjadi pada kaum laki-laki bisa membuatnya memiliki kecenderungan untuk menjadi seorang Homo yang dalam perkembangannya lebih tertarik pada kaum laki-laki yang notabene sejenis dengannya.
Perlakuan yang Salah dari Orang tua dan Orang Sekitar
Ada orang tua yang terobsesi untu memiliki anak perempuan setelah berulang kali anaknya selalu berjenis kelamin laki-laki. Ketika obsesi itu tidak terkendali berakhir dengan frustasi hingga membuatnya memperlakukan anak lelakinya dengan salah. Misalnya selalu membelikan mainan-mainan perempuan paad anak laki-lakinya atau membelikan baju-baju yang berwarna perempuan bahkan rok yang biasanya digunakan perempuan. Pun dengan beragam aksesoris yang seharusnya diperuntukan untuk anak perempuan. Tak jarang ia juga memperlakukan anak laki-laki nya ini seperti memperlakukan anak perempuan. Mulai dari memanjakannya, terlalu over melindungi anaknya hingga tidak boleh melakukan pekerjaan laki-laki, dll.
Label yang Diberikan Orang Lain
Ketika seseorang lahir dan tumbuh dengan kulit yang halus, bersih, putih, bahkan terlihat begitu perempuan tidak sedikit yang melabelinya dengan panggilan “cantik”, “geulis”, “si eneng”, “gadis”, “anak mamih”, atau “anak kesayangan” bahkan secara kasar menyebut mereka “banci” atau “bencong”, dll. Lebel ini secara tidak langsung akan membuatnya merasa bahwa ia memang seperti apa yang dilabelkan kepadanya. Hingga akhirnya tidak sedikit yang memutuskan untuk menjadi transgender ketika menjelang dewasa dan merasa bahwa dirinya benar-benar perempuan termasuk orientasi seksualnya yang menyukai laki-laki.
Pendidikan Salah dari Orang Tua
Anak laki-laki yang dididik layaknya seorang anak perempuan. Ditanamkan nilai-nilai yang seharusnya dimiliki oleh anak perempuan. Ketika anak laki-lakinya meniru tingkah lakunya, mulai dari berjalan, menggunakan make up, dll. Ibunya tidak melarangnya malah justru membantunya atau bahkan membiarkannya. Begitupun ketika anaknya bermain peran dengan teman-temannya dan memilih untuk menjadi sosok perempuan ia hanya membiarkannya. Hingga akhirnya anak merasa bahwa hal itu wajar dan tidak ada masalah baginya ketika memutuskan untuk berperilaku seperti perempuan padahal sejatinya ia laki-laki.
Pengalaman Pernah Menjadi Korban Pelecehan Seksual di Masa Lalu
Ketika seorang anak laki-laki menjadi korban pelecehan seksual di masa lalunya maka kecenderungannya ia akan melakukan hal serupa dan membenarkan tindakan yang dilakukan oleh si peleceh. Penyebabnya bisa jadi ia turut menikmati ketika dilecehkan atau bahkan merasa bahwa hal tersebut membuat dirinya merasa nyaman. Akhirnya menjelang dewasa orientasi seksualnya menjadi lebih tertarik pada laki-laki.
Hidup Tanpa Sosok Laki-Laki
Ketika anak tidak dekat dengan sosok ayah atau bisa jadi kehilangan sosok ayah karena berbagai hal akan membuatnya mencari sosok tersebut pada orang lain. Ia mencari sosok untuk bisa mencintainya, melindunginya yang berwujud sebagai laki-laki. Akhirnya seiring dengan perkembangannya ia akan mencari sosok laki-laki yang bisa memenuhi kebutuhannya tersebut dengan memilih untuk menjadi homo atau gay.
Nah mak, itu dia beberapa penyebab yang memungkinkan seorang anak tumbuh menjadi homo atau gay. Semua itu bisa jadi tidak seperti itu adanya, namun ketika hal ini ditunjukan dalam media yang ditontonnya, dimainkannya atau bahkan buku yang dibacanya maka bukan tidak mungkin akan membawa pengaruh yang sama. Jika tidak ingin anak Anda menjadi Homo atau gay bentengi mereka sedini mungkin agar tidak sampai terpapar salah satu pengaruh dari fenomena LGBT ini.***